Pada hari Jum’at kemarin saya nonton tv. Pas pindah-pindah statiun tv, entah mengapa remote tv seperti mengarahkan saya kepada salah satu statiun TV yang masih baru tetapi program-programnya bagus banget. Pada saat itu sedang berlangsung acara Fiola (Film Indonesia Oh la la…). Acaranya membahas tentang dunia perfilman Indonesia. Yang jadi pembawa acaranya Joko Anwar dan Nia Dinata. Dua-duanya sutradara yang keren banget dan juga kritikus film yang hebat. Jadi sudah pasti yang dibahas di programnya juga bakal keren. Cari ada di Youtube ada kok. Episode 4 kalau ga salah.

Sebenarnya itu bukan pertama kali saya nonton acara Fiola ini, minggu-minggu sebelumnya saya juga pernah nonton tapi selalu dengan cara yang tidak sengaja. Jadi saya tidak pernah sengaja nunggu acara ini, tapi entah kenapa kalau ada acara yang sesuai dengan minat dan hobi, alam itu serasa mengarahkan kita kepada sesuatu yang akan membuat kita semakin mengenal dan menambah pengetahuan tentang apa yang kita ingin tahu.

Kemarin yang dibahas tentang beberapa faktor yang membuat jumlah penonton film Indonesia semakin menurun. Narasumber yang hadir pada malam itu adalah Hanung Bramantyo, HB Naveen (Produser Comic 8), Chand Parwez Sevia (Pemilik Star Vision), Coorperate Secretary Cinema XXI (lupa namanya) dan salah satu distributor film (lupa juga namanya). Hasil dari diskusinya adalah faktor yang membuat penonton film Indonesia menurun adalah : mungkin scriptnya tidak bagus, promosinya kurang, issue politik dsb, film Hollywood dimata orang Indonesia dianggap lebih bagus daripada film Indonesia sendiri.

Tuh kan kesimpulannya oke-oke banget. Tapi itukan diambil dari sudut pandang sineas atau pembuat film. Nah sedangkan dari sudut pandang saya sebagai penikmat film, faktor menurunnya penonton film Indonesia adalah harga tiket bioskop yang sudah tidak bersahabat lagi dikantong. Makanya banyak penonton yang beralih untuk membeli dvd bajakan, streaming atau download dengan harga yang tentunya sangat jauh lebih murah.

Sekarang harga tiket bioskop sekitar Rp. 35.000 (Senin-Jum’at) dan Rp. 50.000 (Sabtu-Minggu). Dulu waktu saya SMA sekitar tahun 2006 harga tiket masih Rp. 10.000-Rp. 15.000 (Senin-Jum’at) dan Rp. 20.000-Rp. 25.000 (Sabtu-Minggu). Dan waktu SMA tiap bulan anak sekelas pasti ada acara nonton bareng ke bioskop sepulang sekolah. Kadang kalau ada beberapa film yang bagus tayang sebulan bisa 3x nonton ke bioskop. Sekarang sebulan sekali aja ga pernah. Terakhir kali ke bioskop nonton Interstellar. Dulu ada temen ulang tahun, nraktir temen sekitar 15 orang nonton di Bioskop dan nontonnya film Realita Cinta dan Rock n Roll (film Indonesia bukan Barat). Sekarang nraktir 5 orang untuk nonton di bioskop harus pikir 2-3 kali, mending nraktir makan-makan aja lebih kenyang dan puas dijamin. Dan dulu pas SMA saya ikut Paskibra Kota Bandung, setelah pengibaran di Balai Kota kita dapat tiket nonton di Bioskop BIP. Waktu itu satu bioskop hampir diisi full sama anggota dan pelatih dari PKB. Dan kita milihnya nonton film Kuntilanak (film Indonesia bukan Barat). Sekarang mungkin pelatih akan mikir ratusan kali untuk membayar anggotanya beli tiket bioskop.

Dengan harga tiket Rp. 35.000 keatas penonton pasti akan lebih selektif dalam memilih film. Penonton tidak ingin membuang hasil keringatnya untuk menonton film yang tidak sesuai harapan atau bisa membuatnya puas. Coba kalau harganya bisa diturunkan lagi misal menjadi Rp. 25.000 mungkin jumlah penonton bioskop terutama film Indonesia bisa tetap banyak atau meningkat. Walaupun film Indonesia yang ditonton misalkan tidak sesuai dengan harapan, tapi dengan harga tiket yang terjangkau penonton tidak akan menyesal untuk kembali ke bioskop dan nonton film Indonesia. Lagian kan katanya penonton kita sekarang sudah pintar memilih tontonan mana yang baik dan bermutu dan tontonan mana yang tidak layak. Jadi film Indonesia yang bagus pasti akan selalu mendapatkan respon yang bagus pula dari penonton. Seperti tayangan di acara Fiola, harga tiket saat ini (Rp. 35.000) sama dengan 6-7 dvd bajakan. Otomatis penonton akan lebih memilih dvd bajakan. Belum lagi saingan dengan film downloadan dan streaming.

Semua orang itu perlu namanya hiburan. Menonton film di bioskop adalah salah satu alternatif hiburan. Memangnya kalangan atas saja yang ingin nonton di bioskop. Kalangan bawah juga tentu ingin mencoba menikmati nonton film di bioskop. Dan salah satu cara agar kalangan menengah kebawah dapat ikut nonton film di bioskop adalah dengan mengurangi harga tiket. Jadi orang-orang juga akan kembali menonton film di bioskop. Dulu waktu SMA ada yang namanya NoMat (Nonton Hemat) tiap hari Senin Selasa. Sekarang mah yang ada NoHal (Nonton Mahal).

Untuk itu saya sih cuma punya pemikiran aja sebagai penikmat film. Gimana kalau ada gerakan NontonFilmIndonesia setiap seminggu sekali atau sebulan sekali juga gapapa. Jadi dihari tertentu harga tiket film Indonesia didiskon 25% syukur-syukur 50% jadi kayak NoMat lagi. Itu aja sih harapan saya sebagai penikmat film.

 

Peace 😀